(Ditulis 2 Desember dilanjutkan 20 Desember, 4:34 PM)
Selamat sore, tired people.
Selasa sore, hari kedua di bulan
Desember. Melintir sejenak di suatu coffeeshop bilangan Jakarta Pusat,
menempati diri saya di patio seating dekat jendela, mengaduk pelan hiasan leaf
latte art di atasnya, lalu saya memulai menulis tulisan ini.
Seperti biasa, mengisi waktu sore
senggang di café, scroll up & down playlist song sambil sesekali
mengalihkan pandangan ke table sekitar. Kebetulan gak ada tugas yang harus
dikerjain hari ini. Semacam janggal. Tp ibarat rejeki anak soleh.
Sekedar ingin bercerita sedikit tentang
manuver hidup gue belakangan ini—tepatnya semester 5 ini.
Itu monologue.
Berawal dari oprec (open
recruitment) 2 kepanitiaan besar di kampus sewaktu semester 4; CENS UI dan
COARSE. CENS UI yaitu seminar nasional yang diadakan Departemen Teknik Sipil
UI. Sementara COARSE berupa rangkaian acara yg sipil banget. Boleh di bold,
sipil banget. Rangkaian nya ada CIPA, semacam kerja social di desa-desa
perkampungan; CCUC, kompetisi futsal se Jabodetabek-ba, dan ragkaian terahir
yaitu Civil Nite, malam dimana semua warga sipil ajojing-ajojing. Posisi gw di
kala itu adalah anggota aktif Kresma IMS, yg mana SOP nya gak boleh ikut 2
kepanitiaan itu sekaligus. Singkat
cerita (sebetulnya panjang banget), gw jadi both of these committee, dengan
jabatan staff Media Partner di CENS, dan BPH Kabid Civil Nite, dan masih
sebagai anggota aktif Kresma 2014, dan
mahasiswa-tingkat-tiga-teknik-lingkungan.
Awalnya gampang. Kesananya mau meninggal. That’s all.
Semester 5 dimulai dengan
nyentang 6 mata kuliah di IRS; Isu Global, Mikrobiologi, Limbah Padat, Amdal,
Hidran, dan Anstroke (Analisa stroke-tur). Perkuliahan dimulai, pergerakan
kepanitiaan juga dimulai. CENS, Coarse, Kresma, dan basket teknik. Awalnya
terbilang cukup santai. Ketika tas cangklong masih sanggup men cover weekdays
di kampus, dan ketika sabtu minggu masih ngelonin remote TV di rumah.
Memasuki hari pertama di bulan
Oktober, timeline kepanitiaan semakin ketat, latihan basket semakin padat,
tugas semakin bikin sekarat. Waktu-waktu dimana sehari-hari ke kampus dengan
tas ransel yang isinya kitab Limbah Padat dan Mikrobiologi (asli ini gede
banget), nenteng tas laptop plus tas sepatu. Kawatir gw keropos dan memendek,
sampe suatu waktu gw pernah mikir untuk beralih ke bawa carrier gunung
sekalian. Atau tas koper-koperan jaman SD. Se beban itu.
Minggu kedua Oktober, dengan
notaben Kabid Civil Nite otomatis memproyeksikan sebagian waktu istirahat gw di
kosan beralih ke kantek. Jadi gitu, kantek bukan sekedar tempat makan. Tp tempat
dimana jadi parameter keberadaan warga sipil. Berhubung tahun ini bertepatan
dengan 50 tahun Teknik Sipil, warga menuntut Civil Nite yg lebih petjah dari tahun-tahun
sebelumnya, kehadiran IAS (ikatan alumni sipil) yang jauh lebih banyak dari
biasanya. Keliatannya gampang bikin acara, tinggal mengkonsep, list perlap,
minta pendanaan, selesai. So far from it. Berkali-kali revisi rundown,
berkali-kali ganti konsep buat klimaks acara, berusaha sebijak mungkin
approaching dan backing up staff, follow up staff dan performers, berusaha se
nggak-ngegas itu ketika selalu disalahin, buat selalu tenang ketika sama sekali
belum siap dan mepet deadline, dan membagi porsi sebagai mahasiswa akademis,
anak basket, staff CENS, dan anggota Kresma. *senyum tegar*
Nowplaying: Gun N Roses –
November Rain
Jadi siklus hidup nya ya gitu.
Kuliah, rapat CENS, rapat Coarse, rakor Civil Nite, rapat Kresma, latihan
basket. Ketika lagi rapat, izin pergi duluan buat latihan. Pas latihan, di
sweeping buat proker Kresma. Pas rapat pleno CENS barengan sama rapat BPH Coarse dan latihan basket, ahirnya astrid di mutilasi jadi 3. Ahirnya yg mana
yg paling prioritas dan mendesak yg didahulukan. Perasaannya ketika sesibuk itu
dan masih ada prioritas pertama, tugas kuliah. Laporan Mikrob, laporan Mektan,
tugas besar Anstruk, Limbat, Amdal. Sampe ahirnya yg paling dikorbanin adalah
jam tidur. Menyambung hidup dengan kopi, sampe abang-abang warkop kenal Astrid
Astari. Lucu rasanya ketika setiap pagi gw kesini, abang-abangnya selalu
nyisain 1 sachet the tarik buat gw.
Pengorbanan lainnya, waktu buat
keluarga. Sampe ahirnya gak ada waktu buat pulang di sabtu minggu. Entah alasan
praktikum, kerja kelompok, acara kampus, dan kepantiaan-kepanitiaan ini
pastinya. Kebetulan ibu sendirian di rumah (Bogor), yg biking gw harus sempet
buat pulang. At least cuma numpang tidur semalem, yg penting nemenin ibu biar
gak sendirian. Sedih rasanya membagi porsi terlalu kecil buat keluarga sendiri.
Bahkan, untuk diri sendiri pun gak kebagian. Masa-masa dimana gw ngedrop dan
migraine. Tp sayangnya gak ada waktu buat recovery. Imbasnya, jalan kaki dari
kosan-teknik 1m/jam. Lemes banget boy.
Kebetulan lagi, di basket Teknik
gw diangkat jadi kapten Teknik taun ini. Namanya juga kepten, harus selalu
paling semangat dan menyemangati. Yg gak pernah skip latihan, yang men cover
pelatih gw kalo berhalangan datang. Se lelah itu ketika lo abis begadang, ada
latihan pagi jam 6, lanjut kelas pagi dan rapat sampe malem, tanpa meninggalkan
tanggung jawab buat selalu mimpin latihan. That’s all how wise I was of hiding
zombie’s eyelid. Bagaimana mentranformasikan lesu jadi on fire. Dan emang, lesu
seketika hilang kalo sama team ini. Otaknya gesrek.
Ini namanya gaya ciluk ba buatan
gandes. Posisi tangan ciluk ba. Mata fierce, mulut tajem tapi sexy. HAHA TOLONG
LAH. Dan setiap foto harus selalu pose macem gini. Ya begitulah kira-kira.
Klimaks.
Hari H Civil Nite. Yg paling
bikin otak keluar dari jidat, tanggal-tanggal segitu lagi gencarnya hujan badai
Katrina di Depok. Yg mana gw harus muter otak buat nyiapin plan B Civil Nite di
venue indoor. Tp subhanallah, hari H tanggal 14 November 2014 Depok se cerah
itu. Cuma gerimis-gerimis becanda sore nya, selebihnya terang. Ketika konsep
sudah matang semua, perlap oke, performers ready, then this is it.
Alhamdulillah, malam itu acara Civil Nite terbilang sukses. Warga antusias.
Performers gokil. Lighting keren parah. Dekor jg kece. Jadi people full in
charge semalem, dan dipelukin orang-orang ketika acara selesai. Selesai…
Bahagia :’) All is paid off. Kebayar rasanya waktu-waktu dan tenaga gw yg hilang
buat bikin semua ini.
"Bahwasanya dimulai sudah proses
unloading kehidupan."
5 hari setelah Civil Nite, acara
utama seminar CENS UI 2014, dimana 3 hari sebelumnya ada beberapa rangkaian
acara CENS dan mengalokasikan gw sebagai LO tim Call For Paper. Singkat cerita,
sampai dengan hari H seminar, 19 November 2014, hari Rabu, berlokasi di Gedung
Nine Ballroom UOB Thamrin. No words supposed to say except Alhamdulillah. Acara
berjalan super lancar. Key note speakers, professionals, participants, media,
semua teknis, makanan, semua luar biasa. Sialnya panitia yg juga para
lingki-lingki (anak teknik lingkungan) berhalangan hadir di acara sampe ahir
karena praktikummikrobkampretsedunia. KARENA HARUS KE LAB KAMPUS BUAT NGITUNG
BAKTERI. NGI-TUNG-BAK-TE-RI. But the euphoria still goes on. Yhey!
Kembali ke lapangan.
Prosesnya panjang. Pengorbanan
nya membuat proses itu jadi lebih panjang. Beban hidup level advance adalah
jam6 pagi latihan ketika jam 4 pagi baru tidur. Gak ada yg bikin semangat
selain tanggung jawab dan saling support dari temen-temen team ini.
Jadi olimpiade basket dumulai
tanggal lupa. Pokonya awal November. 3 kali tanding untuk babak penyisihan,
Alhamdulillah tim Teknik putri masuk semifinal. Kebetulan jadwal buat semifinal
basket di plot di hari Rabu, jam 7 malem, dimana pas banget gw ujian 3 anstruk.
Ujian dimana siapapun yang meninggalkan, bahkan sekedar ujian susualan atau
duluan, akan meninggal. Ahirnya malem sebelum semifinal gw ke pusgiwa UI buat
ngomongin solusi dari jadwal ini. Jadilah gw tanding jam10 malem abis ujian
anstruk-anstruk lucu itu.
"Bahwasanya beban hidup level tingkat
professional adalah belum tidur 2 malem karna tugas dan belajar, besoknya ujian
anstruk, abis itu tanding basket. Abis itu bikin surat wasiat trus order batu
nisan."
Sayangnya target medali emas
ditutup di semifinal, dan maju hanya untuk perebutan juara medali perunggu.
Malem itu gw nangis. Air mata seketika gak ketahan ketika pengorbanan gw
berakhir tidak tepat sasaran. Ngeliat temen-temen tim juga pada nangis, mungkin
ini kewajiban gw buat mengambil alih peran pemimpin. Menguatkan ketika lo
sendiri sebetulnya nggak kuat.
Ya namanya juga game. Ada yg
kalah, ada yg menang. Mungkin mereka emang lebih hebat. Dan usahanya lebih
berat.
On one, three two one?
TEKNIKKK!!!
Selalu berahir dengan yel-yel
ini. Dilanjutkan dengan tos. Terlalu banyak yg disesali untuk sedih hanya karna
belum dikasih momen untuk menang lagi. mungkin kita bukan tim hebat yg tidak
terkalahkan. Kita keluarga teknik yg senang main basket bareng, yg sering tidur
bareng, ketawa bareng, dan makan martabak bareng - Tessa.
: )
Dan terahir, KRESMA 2014. Farewell
IMS dengan air mata sedih dan bahagia. 2 tahun sebagai anggota Kreasi Mahasiswa
IMS UI, bangga banget bisa kerja bareng dengan orang-orang hebat di dalamnya.
Dan selalu foto dengan pose tunjuk kanan, kiri, depan, atas, dan bawah.
KRESMA 2013 |
KRESMA 2014 |
Ketika semua berahir, dan tinggal
bersisa 1 notaben.
Astrid Astari, mahasiswa nocturnal
makara biru semester 5.
That “haha iya ya” moment ketika
mengingat kembali masa-masa hampir mati. Lucu rasanya hari-hari terburuk
berubah jadi kenangan manis dan pelajaran paling berharga. Pengalaman paling
luar. Sangat sayang dan bangga.
Kalo katanya kontribusi ibarat
segitiga kecil yg menyusun segitiga besar, semoga gw pernah manjadi segitiga
kecil itu.
Sekian.