Photo: Ibu penjual rempeyek, 2020
2020, a year that taught us a new normal, new struggle, new system to keep us survive. Been a challenging year forcing most people not only to adapt the new realities, but also to thrive on change. Just look how amazing progress we had in the span of a year on tools that enable remote collaboration—it drives us more efficient and globalized in other way.
So, how’s this pandemic treating you so far?
Agaknya manusia suduh cukup terbiasa dengan what called new normal, perangkat protocol kesehatan yang selalu mengiringi mobilisasi kita kemanapun. Terlebih dengan efisiensi remote tools, kecepatan akselerasi digital, dan efektivitas kegiatan virtual. Seolah menggeser old normal yang sudah terdefinisi secara lebih mengglobal.
The words ‘thrive on change’ juga merefer pada tingkat kreativitas kita yang dituntut untuk terus bersaing dalam berbagai hal. Culinary, music, video content, podcasting, and anything you mention. Menariknya, paradigma passive income menjadi semakin diminati ketika kita dalam kondisi yang penuh dengan ketidakpastian ini.
Anyway, poin yang akan saya emphasize disini adalah pandangan mengenai kondisi pandemic itu sendiri. Well, we never know of whats going to happen even in a sec after. Tahun 2020, sebut saja sebagai ukuran dimensi waktu, menjadi tahun—yang kebetulan—dilanda wabah dimana kita tidak pernah terbayang sebelumnya. We are like living the movies we never expect, right? Setiap tahun punya ceritanya masing-masing, tantangannya masing-masing. Kabar bahagia atas pernikahan, kelahiran putera puteri, promotion karir, atau kabar duka atas penyakit maupun kehilangan. There’s always a story in every year we live in. Barangkali lantaran terasa lebih berat, sehingga menjadi tahun dengan siluet memori yang lebih teringat.
Bukan perihal a tough year, namun challenging condition yang ditakdirkan jatuh pada periode quartal 1 2020—sebagaimana jalannya skenario Tuhan. Ada yang hilang, ada pula yang hadir mengisi kehilangan, begitulah waktu berjalan untuk saling berkolerasi. Barangkali pula sebagian manusia tak ingin menaruh banyak harap di tahun selanjutnya, alih-alih tak tercapai layaknya tahun ini berjalan hingga akhir hari. Resolusi harus tetap ditulis, diciptakan, dan hidup sebagaimana manusia menaruh pengharapan. Akan kehidupan yang lebih baik, tata laku yang lebih pekerti, sudut pandang yang lebih meluas dengan hati membumi. Semoga doa semakin kuat terpanjat, beriring usaha, untuk memegang value diri tanpa ragu akan paradigma waktu.
Selamat menapak 2021,
Astrid