Astrid Astari, 2012 – 2016
August 17, 2016
Memulai tulisan…. Yg sekiranya
mungkin akan lumayan, sedikit banyak, cukup panjang. Blog saya kali ini perihal
masa perkuliahan; dari awal sampai dengan saya memulai tulisan ini. Yha,
monggo..
*stel playlist*
Koes Plus;
Koes Plus;
Koes Plus lagi deh.
SNMPTN/Tes masuk kuliah/Dan
segala proses nya
Astrid Astari, XII IPA F, SMAN 5 Bogor –
“Anak perempuan kok berantakan banget kamu Trid!”
“Mau kemana? Dispen lagi?”
“Itu pojok belakang deket jendela jangan tidur!”
“Siapa itu yg makan di belakang?”
Gue. Makan kuaci. Dialasin buku
LKS kimia. Ngumpetin kuaci yg belum ketelen di bawah lidah. “Nggak ada, Bu.”
Kemudian saat penjurusan
universitas, seonggok guru wali kelas bertanya kepada Astrid Astari perihal
pilihan perguruan tinggi, dengan antusiasnya, saya menjawab, UI. Saat itu pula
gue dihadapkan dengan refleks mimik guru wali kelas tersebut yg mengerenyit
seolah berkata “Ghimana..”
Singkat cerita, gue mati-matian
bimbel sana sini, mborong buku detik-detik, dikerjain sampe ngelotok, berdoa,
sholat pagi malam, cium tangan ibu. Kebetulan gue jadi agak pinteran dikit. Jam
main basket gue alihkan di meja belajar. Dan man jadda wa jadda, kalimat paling
sakral muncul di login SNMPTN tulis saya –
“Selamat Astrid Astari”.
“Ketika anggapan remeh orang lain
menjadikan motivasi terbesar, dan apa yg diperoleh adalah seberapa usaha untuk
memperolehnya. Sesungguhnya akan selalu
ada tempat untuk mereka yg berjuang.” – Astrid Astari, calon mahasiswa UI.
MABA (Mahasiswa Baru)
Selanjutnya, gue berprofesi
sebagai maba, mahasiswa baru, di prodi Teknik Lingkungan, Departemen Teknik
Sipil, kampus biru, UI. Yg mana harus merasakan yg namanya ospek-ospek drama.
Banyak rangkaiannya; conditioning, OKK, dan gue lupa, sampai pada intinya,
kegiatan MADK. MADK ini dilakukan di masing-masing departemen. Dan ternyata
departemen gue isinya singa muda dalam bentuk denotasi semua. Galak banget edyan..
Walaupun gue tau sistem tren dan drama sinetron, tetep aja gue takut. Dan jadi
maba nunduk, cari aman, gak gerak-gerak, biar gak ditunjuk. Pokoknya MADK MADK gemes ini diisi dengan
baris, dipanas-panasin, dimarahin, digiring-giring, seragam, cem anak panti,
makan nasi bungkus, item, dekil, keringetan, gak tidur, gak mandi, gak gosok
gigi. Yha tapi tanpa proses ini apalah momen yg mengindahkan masa awal
perkuliahan. Betul? Betul.
Selama menjadi mahasiswa baru—selama
belum punya junior—udah cukup banyak kegiatan yg including maba, atau memang
diperuntukkan untuk maba. Berkesan, semuanya buat gue adalah hal baru. Sibuk-sibuk
sok seru yg memang seru. Rutinitas yg dilakukan maba seru ini kurang lebih
berkenalan lebih jauh dengan senior. Salah satu pertanyaan template yg selalu
gue dan rata-rata maba lain tanyakan adalah; “kak, kalo lagi banyak tugas dan
lagi banyak kegiatan lain juga gimana?” “ya, gak tidur”. Ketika itu gue cuma
mengucapkan lafal “ooh” yg sedikit dipanjangkan dalam konteks cari aman, yg
padahal dalam hati bergumam “masa sih gak tidur..”
((masa sih gak tidur))
Kemudian gumaman gue tersebut,
terjawab di bagian berikutnya.
Mahasiswa Aktif Teknik Lingkungan
Universitas Indonesia
Kosan – Warkop – Warteg – dan Astrid
Selama perkuliahan gue ngekos di
Kutek (Kukusan Teknik), gang nya tepat di seberang Fakultas Teknik. Sepanjang
gang isinya memang full dengan kosan, warteg, fotokopi, cilor, maklor, dan
mecin mecin lainnya. Gue ngekos di salah satu kosan wanita, cukup jauh dari
gerbang Kutek, namanya kosan Azelia. Lokasinya berada di hook, depan belakang
kiri kanan tempat makan, laundry, fotokopi, warung, (bahkan) salon. Sehingga
gue gak berniat pindah cari kosan lain walaupun jaraknya lebih deket dari
kampus. Kosan gue kebetulan ditunggui oleh satu keluarga yg sekaligus
dipekerjakan disana. Mas Piar punya istri Mba Sofi, punya anak Tina, balita 2
tahunan. Tipikal kosan yg sangat aman,
walaupun gak ada jam malam. Ya jadi masing-masing kamar dikasih kunci pintu
gembok biar bisa pulang sewaktu-waktu, tengah malam sekalipun.
Lanjut
Rutinitas Astrid Astari setiap
bangun pagi adalah ‘medang’ teh panas, atau kopi. Kebetulan gue anaknya selalu
bangun pagi, jam 5.00 untuk sholat Shubuh dan gak tidur lagi. Kalopun tidur
lagi, maksimal jam 6.20 udah pusing kalo
ditidurin lagi. Karna gue gak melihara pemanas air di kamar, jadilah gue setiap
pagi selalu berkunjung ke warkop for the sake of ‘medang’ tersebut. Warkop
Bogajaya, letaknya kurang lebih 200 meter dari kosan. Kalo sewaktu-waktu gue
gak kesana, berarti gue lagi puasa, atau lagi pulang ke Bogor. Oleh karna se
rutin itu, maka jadilah seluruh mas-mas dan beberapa pegunjungnya akrab dengan
saya… Sampai pada tahap gue gak perlu menyebutkan minuman apa yg mau gue pesen
saking itu-itu-aja-gak-ganti-ganti: “Teh panas gulanya dikit banget”. Gak hanya
pagi-pagi, setiap malem kalo gue butuh begadang, atau gue sahur, pasti gue
kesana. Nescafe atau kopi kapal api hitam. Duduk, kadang sambil bawa bacaan
atau belajar, ngobrol-ngobrol ringan.
“Mba Astrid lagi UAS ya?” – akrab
“Mba, masih ngekos di ajelia kan?” – ajelia, pake j
“Mba Astrid datang ya saya Maret mau menikah”
“Mba Astrid, ini ada yg kirim surat, katanya buat cewek yg minum teh pagi-pagi..”
“……..”
Se kangen itu. Mas-mas nya super
baik, pengunjung yg lain juga dengan santainya ikut nimbrung, ngobrol. Lalu
nyaman. Lalu baper. Oh salah.
Makan, sarapan
Gue juga kebetulan anaknya
sarapan banget. Range jam 7 sampai jam 8, pasti gue udah harus sarapan. Jadi di
depan warkop kesayangan tersebut, berdirilah sebuah warteg kesayangan gue juga.
Warteg Salero. Gue selalu take away lauk-lauk, gak pake nasi. Sama halnya kayak
warkop Bogajaya, tinggal gue bilang “biasa mba”, kemudian langsung dibungkuslah
makanan gue. Telor, sayur, tempe. Enam ribu. Lalu gue makan dikosan, ee, mandi, dan
berangkat ke kampus. Selesailah semua urusan pagi hari Astrid Astari.
Kampus – Tugas – Tugas – Tugas –
Sampe – Gila
Semester 1, semester 2 masih aman
sejahtera. Isinya MPKT. 6 SKS. Nilai A. IP menjulang. Dipuji ibu. Masuk
semester 3, mulai masuk mata kuliah Teknik Lingkungan, IP juntai, dimarahin
ibu.
Kalo gue ceritakan disini perihal
mata kuliah, gak akan dimenegrti juga. Intinya semester 3, 4, 5, 6 gue dipenuhi dengan kenistaan tugas
kuliah. Kenistaan yg menjawab pernyataan senior di atas, gak tidur. Emang. Gak
tidur. Bahkan kalo gue bisa beli waktu 25 jam untuk 1 hari, sumpah gue beli.
Kebetulan gue anaknya terbilang cukup perfectionist, atau ribet yg gak perlu, beda tipis. Se simple ruller dan margin
word beda 0,00001 mikrometer, gue benerin dulu, sampe rata, baru dilanjutin.
Sempat beberapa mata kuliah bener-bener mengharuskan gue gak tidur 3 hari 3
malem, sampe mual minum kopi, melayang-layang. Karna emang bukan karna tugas
aja, tapi kegiatan dari kepanitiaan, organisasi, basket, dan sebagainya yg
turut memenuhi waktu-waktu kuliah gue. *Kegilaan kegiatan kuliah gue pernah
ditulis di post sebelumnya.
Puncaknya, suatu mata kuliah,
sebut saja PALDOM, yg mana saat UAS diharuskan membawa tugas besar indvidu mata
kuliah tersebut, berisikan belasan gambar CAD sebagai lampiran dari ratusan
halaman laporan. Jadilah saat UAS gue sama sekali gak tidur, gak mandi, bahkan
gak gosok gigi, langsung ke kampus, UAS, ngantuk, gembel, ngefly.
Astagfirullah.
Dan berakhirlah masa kenistaan
tersebut. Semester 7 dan semester 8 berjalan berangsur membaik. Mengejar Indeks
Prestasi Kumulatif.
Kisah asmara??
Oke skip.
SKRIPSI
Dan ini diaaa!
Bagian hidup perkuliahan paling…
I’m lost beyond words.
Baiklah, ini kisah skripsi saya.
Dimulai dari… memilih judul.
Bahkan, se-paling awal memilih judul pun susah nya minta ampun, kek milih jodoh.
Asli. Ketika lo udah menyiapkan judul skripsi sedemikian mantapnya, kemudian
digoyahkan oleh seonggok calon dosen pembimbing yg tanpa dosa berkata “kamu
yakin?” “judul skripsimu itu…. Dibawah standar mahasiswa”. Ambyar. Jadilah
milih alternative judul lain, survey sana-sini, sampai ahirnya mendapatkan
judul yg setidaknya cukup mumpuni, di H-1 deadline ok nice.
Kebetulan untuk skripsi, gue
mengambil peminatan air bersih. Kenapa air bersih? Karna seyogyanya gue parno
dengan makhluk hidup bernama belatung yg mana akan gue temui kalo-kalo ambil tema
limbah padat atau cair. Studi lokasi yg gue ambil yaitu PDAM Kota Bogor, dengan
judul…
“Evaluation of Uprating System in
WTP Dekeng I PDAM Tirta Kota Bogor”
Jadi sistem uprating adalah suatu
sistem inovasi baru dalam menambah kapasitas air dengan oh cukup. Ya, begitu
awalnya. Dan Alhamdulillah di PDAM ini gue sangat dimudahkan dan dibantu oleh orang-orang
yg sangat berperan di dalamnya. Dari mulai pegawai, operator, satpam, semuanya
super baik sampai terharu biru.
Astrid Astari, Prof Djoko, dan Revisi
Pada saat penentuan dosen, gue
kedapetan dosbing (dosen pembimbing) Prof Dr. Ir. Djoko Mulyo Hartono S.E., M.Eng. Iya emang namanya panjang, bagus buat di undangan. Beliau ini sangat baik hati, jenius, dan
solutif. Tapi sayangnya, tulisannya menyerupai sandi rumput. Sehingga revisi yg
diberikan ialah semata-mata untuk direvisi lagi.
Singkat cerita, perjalanan
skripsi gue sampai dengan seminar (sidang skripsi bab I II III) berjalan Alhamdulillah
lancar. Kemudian berlanjutlah ke bab berikutnya di semester 8, yaitu bab IV
sampai bab IX. Yha.. 9 bab. Oleh karna cakupan skripsi gue sebanyak itu,
jadilah gue men-break down hingga 9 bab, dengan total 267 halaman. Berasa bikin
kitab.
Ketika semangat menjuntai, niat
setara tanah, lalu mendadak berapi-api kembali atas seuntai lantun:
“Sebaik-baiknya skripsi adalah
skripsi yg selesai”
Waini. Jadi siklus perskripsian
gue adalah observasi langsung – komparasi data – ngelab - input data –
asistensi ke dosen – “ini kayaknya kamu ada yg kurang” – revisi – observasi lagi
– gitu terus sampe lebaran. Se banyak itu halangannya karna lo bener-bener
ngelakuin semuanya sendirian. Se jiper itu ketika temen-temen lo dengan ciamik
nya bersabda bahwasanya skripsinya-hampir-kelar dan lo masih menggila dengan penelitian.
Metode pengerjaan skripsi gue
adalah kejar target sampai tercapai. Gue (hampir) selalu menempatkan diri di café
(paling sering Starbucks) (apalagi Starbucks GI), buat merampungkan skripsi
ini, dan selalu di kursi favorit, gak pernah pindah. Kira-kira dari jam 10 pagi
sampai jam 9 malam, dan berlangsung
cukup sering sampai dengan satpam nya kenal, akrab, lalu shalat
berjamaah. Mantap.
Panjang cerita, dengan separuh
waktu hidup saya yg dihabiskan untuk mengerjakan skripsi, tibalah saya pada pembagian
jadwal sidang skripsi :’) dan kebetulan lagi, gue mahasiswa pertama yg sidang di
Teknik Lingkungan 2012. Ketika lo gak punya referensi tentang dosen penguji,
dan lo yg dijadikan cemilan dosen pertama kali. Tapi
alhamdulillahirobbilalamin, sidang skripsi pun berjalan lancarrrr selancar
dosen nyoret-nyoret buat revisian. Gapapa.
Keluar ruangan, dipelukin
orang-orang, dikasih bunga, foto-foto, bahagia :))
01/06/2016 - Astrid A. Dirgawijaya S.T. |
#blessed |
Ucapan terimakasih yg dalam kepada:
- Kedua orang tua serta kakak saya
- Bapak Prof. Dr. Ir. Djoko Mulyo Hartono S.E., M.Eng. selaku dosen pembimbing; Bapak Dr. Ir. Firdaus Ali M.Sc. dan Ibu Ir. Irma Gusniani Danumihardja M.Sc selaku dosen penguji
- Seluruh karyawan laboratorium Cipaku PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor
- Teman-teman dan semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu saya dalam penyelesaian skripsi
- Mas Aziz dan Mas Ahmad selaku pemilik Warung Kopi Boga Jaya Kukusan Teknik yang selama masa perkuliahan saya selalu menjadi tempat berbagi cerita, mengerjakan tugas, mendoakan serta memberikan semangat;
- Seluruh karyawan dan satpam Starbucks Botani Square Bogor serta Starbucks Grand Indonesia yang selama pengerjaan skripsi telah menjadi tempat sehari-hari menyelesaikan penulisan skripsi ini;
- Dan seseorang yang tanpa sadar telah menjadi inspirasi.
****
Astrid Astari, Calon Wisudawan 2016..
Selantun kalimat yg akan acapkali
tergumam, “Kayaknya baru kemarin..”
Kemarin yg seolah berjalan dengan
teori detik, menit, yg sebenarnya.
Empat tahun yg tidak terasa
Empat tahun yg entah apa kontribusi
saya sebagai seorang mahasiswa
Setidaknya saya pernah mengisi
sepenggal paragraf pada cerita hidup orang-orang di sekitar saya
Setidaknya ada barang satu dua orang
yg menceritakan kembali pembinaan saya
Setidaknya ada inspirasi diri yg
sekiranya tersampaikan
Setidaknya…
Saya sangat, teramat, bersyukur, atas
pencapaian cita-cita saya
Mahasiswa Teknik Universitas Indonesia
Salam hangat, calon alumni UI
Astrid Astari
1 comments
Mbak Astrid, mau tanya dong. Kost azelia itu bentuknya rumahan apa gimana? Atau per kamar gitu?
ReplyDelete